Ambigu

Rabu, 12 Desember 2012 0 komentar

"Aku bisa menebak hujan akan turun kapan dan........."
"Masih jamannya ya nebak-nebak rahasia tuhan? Hemmp." ucapnya sambil tersenyum kecil
"Akukan hanya menebak, bukan meramal Nay." jawabku sembarangan.
"Apa bedanya sih menebak sama meramal? semuanya sama, artinya sama dan ngga ada bedanya, kamu tahu, semua peramal-peramal itu seperti tuhan, bisa menebak kejadian yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi sebelumnya, aku ngga suka!" jawabnya sinis
"Biarkan dia menebak bumi sesukanya, tanpa ada yang kamuflase, selagi mungkin benar." jawabku
"Mungkin? kamu aja ragu-ragu jawabnya, hahaha, sepertinya tuhan di bumi ini jadi tambah banyak ya, salut deh." lanjutnya sambil melipat origami
"Hahaha...."
"Percaya sama ramalan?" tanyanya walaupun ia sedang asyik melipat-lipat origami
"Hahaha ya nggalah Nay, masa ia aku percaya sama yang namanya ramalan, basi ah.." jawabku sambil tertawa.
"Jadi filosofi kamu tadi itu membuktikan kamu percaya ramalan Dik." ujarnya
"Aku ini kelihatan monoton ya? aku bercanda aja kamu ngga tahu." tanyaku sambil membantunya melipat origami
"Hahaha, ngga kok Dik, buktinya sekarang kamu buat aku tertawa."
"Kebetulan aja kali ini Nay." jawabku singkat
"Oiya, ramal lagi dong, katanya tadi kamu mau menebak hujan." bujuknya
"Udah basi Nay, udah lewat dari sejam yang lalu."
"Gitu aja marah." ucapnya
"Hahhaa iya deh, aku ramal, tapi aku bukan tuhan ya." jelasku padanya
"Iya."
"Aku bisa menebak kapan hujan turun dan kapan akan berhenti." ucapku
"Kapan?"
"Saat air mata kamu terjatuh dan kamu tidak akan berhenti menangis, pada akhirnya ada seseorang yang mampu mengusap air mata kamu lalu memberikannya senyuman, dan ini bukan dari kamuflase." jelasku berhenti melipat origami itu
"Mustahil." jawabnya singkat
"Jangan pernah mengusirnya untuk pergi, karena itu menyakitkan, tapi biarlah ia singgah sebentar di matamu agar matamu terlihat lebih indah."
"Menghayal banget."
"Terkadang rasa itu membiarkan lama terpendam di hati kita, tapi pasti perasaan itu sesak nafas, karena ia tidak kamu biarkan meluap-luap." jelasku lagi.
"Diam itu cara terbaik yang pernah aku jamah, jadi jika ia sudah melekat tolong biarlah, jangan pernah mencoba untuk mengusirnya dan menggantinya dengan yang lebih buruk dari itu atau lebih baik dari itu, karena aku takut tidak bisa menjadi diriku sendiri." mulai berbicara panjang
"Ini bukan diri kamu yang sebenarnya, tapi diri orang lain."
"Ah, cukup, aku selalu kalah kalau-kalau bermain semua permainan ini.!" gerutuhnya lalu beranjak pergi untuk meletakan lipatan origami tadi menjadi sebuah burung cantik.

0 komentar:

Posting Komentar