Hujan yang meninggalkan bekas rindu

Sabtu, 22 Desember 2012 0 komentar
Hujan yang meninggalkan bekas rindu


anggap saja hujan hari ini tidak mengumpulkan banyak kisah yang bisa di kenang dan di datangkan kembali, karena untuk apa? cinta yang datang tak pernah bisa kembali atau pun selamanya, hanya kekuatan hati yang selalu membuatnya bertahan lebih lama tanpa ada rasa luka walapun masih membekas. dia sena, yang bersahabat baik dengan Lily.

"Aku tidak percaya pada kalimat yang begini "cinta itu buta", ah absurd bukan?" tanya perempuan berkerudung putih sena
"Masing-masing orang memang saling berbeda persepsi." jawabnya datar.

Cinta memang rumit, tidak bisa di mengerti dan susah di jelaskan dengan kata-kata, beda dengan rindu dan hujan yang ketika itu datang secara bersamaan, sulit di tebak, dan sulit di pahami karena begitu meluap-luap rindu yang menusuk dada saat ini yang hanya bisa di tahan dengan tangis serta duduk di bawah jendela dengan sebuah kopi pahit, menikmati jatuhnya air bening indah yang jatuh ke bumi dengan derasnya, sangking derasnya rindu yang di rasakan pun sangat akut sampai-sampai tidak tertahankan, sekali lagi rindu itu sangat akut!
Bisakah dia belajar mengenal indah cara mencintai dan merasakan rindu tidak akut, tapi biarkan mengalir seperti daun, pasrah tidak berharap akan terbalas dan ikhlas bila jatuh karena angin, mengapa hanya langit kelabu yang ia lihat, dan hari-hari yang samar-samar, tidak berwarna-warni seperti hari-hari yang sebelumnya, sekarang di hari-hari kedepan ini, sulit untuk bisa bersahabat dengan hari itu, hari sebelumnya.

"Masihkah berharap rindu itu lebih indah dari yang kau bayangkan, masih berharap dia datang dan kembali padamu lagi?" ini percakapan antara diam dan bisu. datar sekali, sedatar air jika diam.
"Aku tahu, jika ia ku biarkan lama-lama di sini" sambil menunjuk dadanya. "Aku akan merasakan sakitnya sendiri tanpa ada yang menanggung, lalu aku menangis sesengukan, melempar barang sana-sini, dan menengadah ke atas langit, tidak pernah sama sekali aku berharap dia kembali." jawabnya bingung tapi datar
"Perlu bantuan untuk menanggungnya?" tanya Lily menyarankan
"Tidak perlu, aku bisa sendiri, biarkan awan kelabu di langit sana, menangis, mendung dan bersahabat denganku sekali ini saja." masih datar

Perpisahan yang sangat tidak bisa di lupakan begitu saja, harus di rasakan dengan kenangan pahit, mengingat bayangnya serta memberi luka yang mendalam sangat berbekas dan tidak pernah bisa di hapus, sedang di luar jendela hujan masih belum berhenti dan menyimpan tawa sendiri tanpa perlu perduli.

0 komentar:

Posting Komentar