di gerbong kereta

Jumat, 10 Februari 2012 0 komentar

Di Gerbong Kereta…!!!
Senja yang mungkin akan menghilang sejenak dan besok akan kembali kini mulai samar-samar dengan mataharinya yang semakin malu-malu menutup,aku di gerbong masih menunggu kedatanganmu untuk melepas kepergianku yang mungkin akan kembali setelah 5 tahun kemudian,apa kau tak datang menemuiku hari ini?
Senja kini telah berakhir menemui penghujung malam,sampai saat inipun kau juga tak muncul dihadapan ku,apa kau benar-benar sudah tak mencintaiku lagi,sampai-sampai aku akan pergi pun kau tak datang memelukku atau kau berbisik ditelingaku,bahwa kau mencintaiku,ahhh hanya angan belaka ku saja kau akan berada disini.

***
         
“Hai,kau sedang apa disini?”ungkap seseorang itu.
          “Kau siapa dan sedang apa kau disini?”Tanya ku kalap.
          “Perkenalkan aku fahmi,tadinya sih aku akan berangkat dengan kereta jurusan bandung,tapi aku belum bisa berangkat sebelum kekasihku datang menemui aku,”jelas seseorang itu.
          “Oh aku pikir kau mau menculik aku tadi,ternyata kau lagi menunggu kekasihmu juga,”sergahku.
          “Kau sendiri ngapain masih disini,kan sudah malam?”tanyanya kepadaku
          “Aku juga sedang menunggu kekasihku,tapi dia tak kuncung datang menemuiku sampai saat ini,”jelasku kepadanya.
          “Apakah kekasihmu itu baik kepadamu?”Tanyanya kepadaku aneh.
          “Dia baik,dia sayang padaku dan dia janji kepadaku bahwa dia akan menikahi ku suatu saat nanti,”jelasku lagi kepadanya
          “Kau tahu?”lirihnya.
          “Apa?”jawabku.
          “Kekasihku itu sudah meninggal 2 tahun yang lalu di gerbong kereta ini,dan aku berada disini untuk mengenang kepergiannya 2 tahun yang lalu karena hari ini adalah hari kematiannya,”jelasnya kepadaku
          “Apaaaaaaaa?”aku terkejut mendengarnya.
          “Tidak usah terkejut seperti itu,”ucapnya dengan santai.
          “Bagaimana aku tidak terkejut,kau menunggu orang yang sudah tiada disini.”jawabku dengan nada keras.
Malam yang dingin bersama hujan rintik-rintik dan di temani dengan angin yang berlalu dan kemudian datang kembali meresap tulang belulangku,sudah tak kutemukan tanda-tanda kehidupan lagi di gerbong kereta ini,mungkin mereka memang sudah tutup jam segini,kulihat kearah tangan ku,ternyata sudah jam 23.45.
          “Malam itu aku bersama kekasihku ke gerbong kereta ini,waktu itu kami akan berangkat dengan kereta api jurusan bandung,kau mau tahu kami akan kemana?,”tanyanya dengan panjang lebar.
Perasaan ku semakin aneh saja dengan laki-laki ini,apa dia sudah gila,atau kini aku sedang berbicara dengan seorang mahluk halus yang menyerupai manusia,ahhh sudahlah dia manusia,lihatlah tubuhnya,lihatlah kakinya,buktinya kakinya memijak ketanah,berarti dia bukan mahluk halus yang gentayangan di gerbong ini.
          “Hai,kenapa kau melamun,aku ini bukan setan penghuni gerbong kereta ini,jadi kau tidak perlu takut?”ungkapnya dengan serius.
          “Syukurlah kalau begitu.”sentakku.
          “Berarti dari tadi kau menganggapku ini setan?”ucapnya.
          “Hah?bukan-bukan,aku tidak mengaggapmu setan kok,kau belagak sok tahu saja,”jawabku cepat.
          “Jadi kenapa kau melamun,kau mau?,”sambil menyodorkan air mineral
 kepadaku.
          “Kau kenapa sok tahu sekali,aku ini tidak melamun,hanya saja……”langsung dipotongnya pembicaraanku.
          “Hanya saja apa?apa kau sedang memikirkan ku kalau aku ini setan atau aku ini gila begitu?,”lirihnya.
          “Ah sudahlah,lama-lama disini aku bisa gila bersamamu.”lanjutku sambil beranjak dari kursi.
          “Tunggulah sebentar,ceritaku yang tadi itu belum selesai,saat ini aku sangat membutuhkan teman bicara.”jawabnya dengan menarik tangan kananku.
          “Sudahlah,aku ingin pulang,aku takut orangtua ku mencemaskan ku kalau sampai saat ini aku belum sampai kerumah,dilain waktu saja kau bercerita kepadaku,sampai jumpa.”jelasku kepadanya yang berjalan cepat kedepan.
Aaahh siapa dia?kenapa dia berusaha menceritakan semua pengalamannya bersama kekasihnya yang sudah meninggal itu,aku ini siapa?baru 1 jam yang lalu aku berjumpa dengannya,kenapa dia begitu memaksa untuk bercerita denganku.

Malam yang menjadi tonggak diujung malam yang tak berujung,dimana bintang dan bulan semakin mampu menyinari bumi dengan  cahaya indahnya itu,angin berdesir seperti kilat begitu saja,aku pun berjalan pelan sendirian.


0 komentar:

Posting Komentar