Saat dia berjalan lurus
kedepan, dia hanya berfikir tentang kemana dia akan berjalan dan kakinya akan berhenti berjalan, kedengarannya
seperti jalannya kuda, pelan tapi pasti , tidak berhenti tetapi tetap terus berjalan,
bosan dengan keadaan ini dan ingin memulai lembaran yang baru, luka yang masih
bersisa dan ntah kapan luka itu hilang di dadanya, luka itu membuat hatinya sesak
dan gelisah.
Akankah kasih
sayang bisa lepas dari yang namanya cinta dan kapan cinta itu tidak membuat
luka, seandainya jika dia disuruh memilih pilihan cinta dan kasih sayang, maka dia akan memilih kasih sayang dari pada cinta alasannya sederhana, kasih sayang
itu sempurna tidak pernah menyakiti, cinta itu kadang menyakiti dan kadang sebaliknya,
BAHAGIA dan SEDIH itu beda tipiskan.
Secerah langit diatas
biru sekali, ada sebuah nama diatas sana yang tertulis yaitu nama-nama yang
benar-benar memilki kasih sayang yang tulus dan bukan hanya didasari dengan
cinta yang semu.
Kata-kata itu kembali
teringat dikepalanya, harapan tak memberi harapan yang jelas, untuk kapan,
siapa, apa, dimana pun harapan itu tak pernah ada, kosong dan belum bisa
dipercaya, seperti halnya mimpi yang selalu memberi harapan tetapi kenyataannya
sebenarnya tidak ada harapan yang indah, melainkan buruk.
Jalan yang dia lalui itu
selalu berliku serta panjang tak beraturan ke depan, menari di bawah hujan rasanya indah dan berpuisi
bersama hujan juga indah seakan mendapatkan inpirasi yang banyak sekali untuk
hal menulis dan mengarang.
Menulis!, itu hobinya dan
masih sampai sekarang, saat dia berjalan dia sering mendapatkan inspirasi
itulah salah satu bahan inspirasi untuk menulis ketika dia berjalan-jalan
melihat alam sekitar, tuhan tidak pernah tidur, ciptaannya sungguh sangat luar
biasa dan tak tertandingi menjadikannya sebagai tokoh utama dalam cerita yang sedang
dituliskan-Nya dari awal hingga akhir suatu saat nanti dia akan mati.
Rara Silvia Anggraini ;)
0 komentar:
Posting Komentar