The Half Way Human Part III

Kamis, 27 September 2012 0 komentar

THE HALF WAY HUMAN
PART III



Tak sadar akan seorang yang kini larut dalam hatinya dan kini sudah dia ketahui, mengenai tentang seorang itu, yang dulu hanya mempermainkan hatinya dan sadar seorang itu kini benar-benar menaruh hati padanya, benar apa yang dia katakan, “Sekarang semuanya menjadi nyata bagimu, tapi tak nyata bagiku”.

Kata-kata itu bagaikan pisau yang mengiris seribu tangan yang mengenai dia, merupakan ajang baginya untuk mempermalukan dia di depan semua orang, kenyataan pahit itu sekarang kini sedang di rasakan seorang itu, bukan kesempatan dia sekarang untuk membalas semuanya, karena jalannya masih panjang, dan belum juga sampai.

Tapi kenapa harus dia yang menyadari kenyataan pahit yang sebenarnya, “dia adalah jalan yang tidak pernah aku lewati, alurnya tak jelas, dan tak menempati ruang yang pas”
Dia belum berhenti sampai disitu, tak tahu dia salah jalan atau dia memang sengaja berlama-lama dijalan, tetapi yang ada hanyalah dia tetap disitu dan belum melanjutkan perjalanannya, tak tahu sampai kapan dia mulai berjalan lagi.

“Suatu saat mimpi-mimpimu untuk jadi seorang penulis pasti terwujud rana.” Kata sahabatnya ketika mereka berbincang serius di rumah pohon.

“Terima kasih aldi, kamu selalu memberikan nasihat yang terbaik untuk aku.” Jawabnya dengan nada parau.

“Bukankah tulisanmu bagus dan menarik, seperti yang aku baca kemarin sore di notebookmu, aku tahu kamu adalah penulis hebat yang pandai merangkai kata-kata dengan indah.” Pujinya yang membuat dia menjadi sangat malu.

“Haha, semua orang selalu saja memujiku, tapi menurut pandanganku tulisanku masih perlu dipoles agar menjadi sempurna.” Jawabnya singkat.

“Memang kenyataannya seperti itu ran, siapa pun mereka yang selalu memujimu, mereka itu adalah benar, kata-kata yang amat kamu cintai itu sudah menjadi aksara yang indah sekarang ini.” Lagi-lagi dia memuji rana.

“Siapa dia yang berani-beraninya berbohong denganku, tulisanku itu belum semuanya sempurna al.” jawabku tak tahu menahu lagi.

“Mereka tidak berbohong, tentang apa yang kamu tuliskan itu adalah kenyataan ran.” Kali ketiga ia memuji rana.

Dia memang selalu memuji sih aksara kata itu, tujuannya belum selesai, dia masih akan melanglang buana kemana saja yang dia mau, sampai tujuannya benar-benar telah tersampaikan.

Rara Silvia Anggraini

0 komentar:

Posting Komentar