THE HALF WAY HUMAN
PART III
Tak sadar
akan seorang yang kini larut dalam hatinya dan kini sudah dia ketahui, mengenai
tentang seorang itu, yang dulu hanya mempermainkan hatinya dan sadar seorang
itu kini benar-benar menaruh hati padanya, benar apa yang dia katakan, “Sekarang
semuanya menjadi nyata bagimu, tapi tak nyata bagiku”.
Kata-kata itu
bagaikan pisau yang mengiris seribu tangan yang mengenai dia, merupakan ajang baginya
untuk mempermalukan dia di depan semua orang, kenyataan pahit itu sekarang kini
sedang di rasakan seorang itu, bukan kesempatan dia sekarang untuk membalas
semuanya, karena jalannya masih panjang, dan belum juga sampai.
Tapi kenapa
harus dia yang menyadari kenyataan pahit yang sebenarnya, “dia adalah jalan
yang tidak pernah aku lewati, alurnya tak jelas, dan tak menempati ruang yang
pas”
Dia belum
berhenti sampai disitu, tak tahu dia salah jalan atau dia memang sengaja
berlama-lama dijalan, tetapi yang ada hanyalah dia tetap disitu dan belum
melanjutkan perjalanannya, tak tahu sampai kapan dia mulai berjalan lagi.
“Suatu saat
mimpi-mimpimu untuk jadi seorang penulis pasti terwujud rana.” Kata sahabatnya
ketika mereka berbincang serius di rumah pohon.
“Terima kasih
aldi, kamu selalu memberikan nasihat yang terbaik untuk aku.” Jawabnya dengan
nada parau.
“Bukankah
tulisanmu bagus dan menarik, seperti yang aku baca kemarin sore di notebookmu,
aku tahu kamu adalah penulis hebat yang pandai merangkai kata-kata dengan indah.”
Pujinya yang membuat dia menjadi sangat malu.
“Haha, semua
orang selalu saja memujiku, tapi menurut pandanganku tulisanku masih perlu
dipoles agar menjadi sempurna.” Jawabnya singkat.
“Memang
kenyataannya seperti itu ran, siapa pun mereka yang selalu memujimu, mereka itu
adalah benar, kata-kata yang amat kamu cintai itu sudah menjadi aksara yang
indah sekarang ini.” Lagi-lagi dia memuji rana.
“Siapa dia
yang berani-beraninya berbohong denganku, tulisanku itu belum semuanya sempurna
al.” jawabku tak tahu menahu lagi.
“Mereka tidak
berbohong, tentang apa yang kamu tuliskan itu adalah kenyataan ran.” Kali ketiga
ia memuji rana.
Dia memang
selalu memuji sih aksara kata itu, tujuannya belum selesai, dia masih akan
melanglang buana kemana saja yang dia mau, sampai tujuannya benar-benar telah tersampaikan.
Rara Silvia
Anggraini
0 komentar:
Posting Komentar